Hypertensive emergencies

Gejala klinis
Hypertensive emergencies umumnya terjadi pada penderita yang telah lam` menderita hipertensi tak terkontrol. Namun berapakah batasan tekanan darah yang dapat menimbulkan kerusakan organ, sangat individual sifatnya. Demikian juga dengan gejala yang dirasakan, dapat berbeda satu sama lain. Gejala tersering adalah berupa nyeri dada, dispnea, dan gejala defisit neurologis.1
Jika penderita krisis hipertensi berkunjung ke dokter, ia akan mendapat pemeriksaan menyeluruh khususnya terhadap organ-organ yang berpotensi menjadi organ target komplikasi.2
1. Jantung: pemeriksaan edem paru, bising jantung, pemeriksaan elektrokardiografi
2. Neurologis: sakit kepala hebat, penurunan kesadaran dan delirium, pemeriksaan CT scan
3. Mata: pemeriksaan retina dan papil saraf optik

4. Ginjal: bruit renal, laboratorium fungsi ginjal
Jika ditemukan kelainan pada satu atau beberapa organ, maka kasusnya dapat digolongkan hypertensive emergency yang artinya pasien harus dirawat di rumah sakit (ICU).2
Tindakan terhadap hypertensive urgency
Penderita hypertensive urgency tidak perlu dirawat inap, tetapi tetap harus dipantau bagaimana ia meminum obatnya. Target tekanan darah adalah sekitar 160/110 mmHg. Yang terpenting adalah jangan sampai tekanan arterial rata-rata (MAP, mean arterial pressure) turun lebih dari 25% dalam 24 jam. Terapi biasa diberikan per oral, dimulai dengan dosis rendah. Kadang-kadang diperlukan dosis inkremental, sampai akhirnya tercapai dosis yang optimal. Obat-obatan yang digunakan: ACE inhibitors (captopril), nicardipine, labetalol, clonidine, dan nifedipine.2



Tindakan terhadap hypertensive emergency
Penderita hypertensive emergency harus ditangani segera untuk meminimalisasi sekuelae. Terapi hendaknya disesuaikan karena respons tiap individu berbeda-beda. Prinsip penurunan tekanan darah harus sesegera namun bersyarat.1,2 Vaidya dan Ouellette (2007) menggunakan patokan penurunan MAP 10% pada jam pertama, diikuti dengan 15% pada 2-3 jam berikutnya. Adapun syarat penurunan tekanan darah adalah tidak boleh diturunkan terlalu drastis agar tidak terjadi komplikasi hipoperfusi. Obat-obatan yang digunakan di sini adalah parenteral, antara lain: enalaprilat, esmolol, fenoldopram, labetalol, nicardipine, nitroglycerin, Na nitroprusside, clevidipine, nifedipine, dan

Definisi :
Krisis Hipertensi adalah suatu keadaan kegawatan dengan peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolic secara tiba-tiba (umumnya Tekanan darah TD = 180/120 mmHg) dan dihubungkan dengan kerusakan organ target dan perlu penurunan segera. Dibagi kedalam 2 kategori,yaitu Hipertensi Emergensi dan

Hipertensi Urgensi.
Hipertensi Emergensi adalah kenaikan tekanan darah yang tiba-tiba (biasanya tekanan darah diastolic>120 mmHg) disertai dengan adanya kerusakan organ target (taget organ damaged) seperti terjadinya stroke perdarahan,penurunan fungsi ginjal akut,serangan jantung koroner akut, edema paru akut (“terendamnya paru-paru”), peningkatan tekanan darah pada ibu hamil yang disertai kejang (Eclampsia) atau terjadinya robekan pada pembuluh darah besar(diseksi aorta). Sedangkan Hipertensi Urgensi, adalah kenaikan tekanan darah yang tiba-tiba tapi tidak disertai kerusakan organ target contohnya hipertensi pada saat hamil (preeklampsia),mimisan (epistaksis)


Berikut ini yang termasuk dalam kategori hipertesi emergensi:
Table 2—Hypertensive Emergencies
Hypertensive encephalopathy (hipertensi ensepalopati)
Acute aortic dissection (diseksi aorta)
Acute pulmonary edema with respiratory failure (udema paru akut)
Acute myocardial infarction/unstable angina (infark miokard)
Eclampsia (eklampsia)
Acute renal failure (gagal ginjal akut)
Microangiopathic hemolytic anemia (anemia hemolitik angiopati)
Pada hipertensi emergensi tekanan darah harus segera diturunkan dalam 1 jam pertama,bilamana tidak akan memperparah kerusakan organ yang sudah terjadi dan dapat menyebabkan kematian,sedangkan hipertensi urgensi harus diturunkan dalam 24 jam pertama. Penurunan tekanan darah pada hipertensi emergensi pada jam pertama cukup diturunkan sampai 20-25% dari tekanan darah awal,tidak boleh terlalu cepat,bila terlalu cepat justru dapat merusak organ seperti otak dan ginjal

Angka Kejadian
Angka kejadian krisis hipertensi sebenarnya tidaklah terlalu besar ,menurut statistik di Amerika Serikat angka kejadian kurang dari 1% sementara di Indonesia kita tidak mempunyai data yang akurat angka kejadiannya, dan banyak mengenai orang Afrika-Amerika (campuran Afrika dan Amerika) dan pada orang tua.
Siapa-siapa dari mereka yang rentan untuk mengalami krisis hipertensi? Mereka-mereka yang telah diketahui menderita tekanan darah tinggi tapi tidak minum obat atau minum obat tidak teratur, pengguna obat NAFZA, penderita hipertensi dengan penyakit ginjal, rangsang simpatis yang tinggi dan kehamilan.




Gejala dan Symptoms
Sesak napas tiba-tiba, nyeri dada lebih dari 20 menit disertai mual-muntah dan keringat dingin,kelumpuhan lengan dan tungkai yang disertai penurunan kesadaran, berkurangnya urine output, nyeri di punggung yang terus menerus,pada ibu hamil dengan peningkatan tekanan darah disertai adanya kejang.
Komplikasi yang dapat terjadi berdasarkan urutan tersering : Stroke karena sumbatan pembuluh darah (25%), Udem paru akut /paru-paru terendam cairan(23%), hipertensi ensepalopati (16,3%),sindrom koroner akut /serangan jantung koroner akut (12%), stroke pendarahan (4,5%), diseksi aorta/sobekan dinding aorta (2%), dan ginjal (1%).

Pengobatan
Penderita hipertensi emergensi harus dirawat di ruang Intensive Care Unit (ICU) agar dapat dipantau secara ketat perubahan-perubahan yang terjadi dan juga harus diberikan pengobatan yang intensif supaya tekanan darah dapat segera diturunkan sesuai target yang diharapkan dalam jam-jam pertama. Untuk menghindari kerusakan organ yang lebih lanjut dan untuk menurunkan angka morbiditas dan mortalitas(kematian).
Pada hipertensi emergensi dokter akan memberikan obat-obat melalui infus untuk mendapatkan efek terapi yang segera,kita harus turunkan minimal 20-25% dari tekanan darah awal. Bahkan untuk keadaan tertentu penurunan tersebut harus dicapai dalam 10-15 menit pertama untuk menghindari kerusakan lebih lanjut seperti terjadi robeknya pembuluh darah aorta, edema paru, dan sumbatan pembuluh darah koroner.
Bila tidak dapat diturunkan mencapai target tersebut maka dapat menyebakan kerusakan organ lebih berat dan dapat menyebakan kematian segera.
Untuk hipertensi urgensi kita dapat menurunkan dalam waktu 24 jam pertama dan cukup diberikan obat secara oral (diminum saja).



Pencegahan
Bagaimana mencegah jangan sampai terjadi krisis hipertensi yaitu, bagi mereka yang sudah diketahui menderita hipertensi lakukanlah pengukuran tekanan darah yang teratur. Bilamana harus minum obat, minumlah obat antihipertensi secara teratur dan pastikan tekanan darahnya telah mencapai target tekanan darah yang di harapkan yaitu < 140/90 mmHg. Bila ada kelainan ginjal dan adanya DM target tekanan darah harus diturunkan lebih rendah yaitu <130/80 mmhg (menurut criteria Joint National Committee Hypertension/JNC VII dan European Cardiology Society),hindari minum obat-obat yang dapat memicu peningkatan tekanan darah seperti obat-obat yang mengandung unsur amfetamin, phenilpropanolamin, efedrin caffeine. Tidak kalah penting adalah menjaga diet rendah garam/asin. Untuk ibu hamil dengan riwayat hipertensi/pernah hipertensi saat hamil lakukan pengukuran tekanan darah berkala.
Dengan melakukan hal tersebut Insyaallah terhindar dari krisis hipertensi, ”sehingga kemesraan janganlah cepat berlalu”.


0 komentar:

Posting Komentar

Barang Import Murah

Barang Import Murah

eblogmakalah.blogspot.com

Total Tayangan Halaman

Translator

Donasi

NeoBlog © 2012